Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku
[Adz-Dzaariyat (51) ayat: 56]
Mulailah dengan kesadaran bahwa kehadiran Anda di kehidupan ini PASTI untuk sesuatu yang penting.
[Mario Teguh]

Pemimpin Negara yang Telat Gaul

Pemimpin negara yang rakyatnya sering cetak "trending topic" (akhirnya) punya akun twitter. "Artis-artis twitter" Indonesia harus menepi dulu, Pak @SBYudhoyono mau lewat. (ilustrasi: merdeka.com)

"Shortcut" Pemenuhan Keinginan

Masih saja ada orang yang ingin penuhi hasrat keinginan duniawi melalui cara instan lewat praktik perdukunan berbalut guru spiritual di negeri yang gila hi-tech/gadget seperti ini. (foto: Shutterstock)

Perhatian di Tiap Malam Jelang Akhir Pekan

Telah menjadi pusat perhatian pemirsa di tiap Jumat malam. X Factor Indonesia mencetak ulang konstruksi idola melalui ajang yang katanya bukan hanya "singing competition". (foto: dusunblog.com)

Kenapa Perlu Giat 'Bikin' Film?

Janganlah dahulu menanyakan "Bagaimana", tanpa terjawab sebelumnya, "Mengapa" atau "Kenapa perlu/harus". Lalu "What for?" "Emang dengan banyak orang bikin film, so what?". (ilustrasi: net)

Cari yang Cocok, Jangan Cuma Cuco'

Tidak mutlak nyatanya jika pria itu menyukai wanita dengan tubuh yang aduhai dan wajah yang cantik jelita. Ada hal lain pada diri wanita yang membuat pria tertarik. (foto: Reuters)

Jumat, 17 Juli 2015

1 Syawal 1436 H, Saya Kembali

Bisa jadi biasa, bisa jadi luar biasa...
Takbir, tahlil saat 1 Syawal,
"Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar... Laailaaha ilallahuwallahu Akbar. Allahu Akbar walillahilham."

Bisa jadi biasa, karena setiap 1 Syawal memang selalu begitu.
Hanya memang terasa luar biasa, karena jika dikhayati, kapan kita menggelorakan takbir itu ke udara, berduyun-duyun bersama keluarga dan kerabat serta tetangga, memakai pakaian terbaik, bersimpung hingga memadati jalanan, dan bersujud sampai merasakan kerikil di dahi?

Hmmm...
Kamu bisa anggap itu biasa, tapi bisa juga jadi terasa luar biasa, salah satunya dengan menengadah kepala menghadap langit.
Begitu besarnya semesta, begitu kecilnya kita.
Sama seperti yang saya rasakan pagi tadi di pagi 1 Syawal yang getaran takbirnya sudah terasa sejak lihat tv melihat konferensi pers Menteri Agama.

Sampai kapan kita merasa besar, angkuh, atau sombong tatkala ada Yang Maha Besar, Allah Akbar.

KELUARGA

Keluarga sumber kebahagiaan sebagai karunia Yang Maha Rahman.

Melihat kebahagiaannya pun, hanya dengan melihat, sudah terasa bahagia.

Alhamdulillah di era etalase digital di mana setiap relung pribadi pun bisa tercurah, di Lebaran ini orang-orang berbagi foto keluarga dengan segala kebahagiaannya yang terlihat. Membawa bahagia.

Tak jadi bosan perjalanan dengan segala kemacetan menuju acara kumpul keluarga, pasalnya, saat melihat di media sosial yang biasanya hanya ada pemandangan wisata dan kuliner seringnya, saya bisa melihat kebahagiaan keluarga-keluarga teman saya. Alhamdulillah.
Tak sepenuhnya bisa saya rasakan secara utuh. Tak apalah.

Hanya ada haru, lemah, dan nelangsa jika melihat parsial, lingkup kecil, lingkaran kecil.
Bahagia masih ada keluarga besar dengan segala keceriaannya.
Ibu, Kakak, Keponakan, Sepupu, Paman, Bibi membawa kebahagiaan.
Bahagia (bisa merasakan sendiri) tak hanya-bisa melihat kebahagiaan keluarga teman di social media.
Alhamdulillah.

SEKOLAH

Uwa (atau paman, kakak dari ibu) mendirikan sekolah lalu pesantren beserta masjidnya di daerah tergolong pelosok. Masih belum paham.

Pembangunannya belum lebih dari 50% katanya. Saya lihat pun begitu.

Dia juga sedang mengembangkan peternakan kambing perah jenis peranakan etawa.
Susu kambing.
Belum pernah nyoba.

Sekian.
Saya tidak ingin hari ini hilang, sampai tak merasa hidup sebagai manusia sejarah.

Saat minggu depan, bulan depan, tahun depan, atau kapanpun saya bisa tahu apa yang saya lakukan dan apa yang saya rasa hari ini di 1 Syawal 1436 H.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More