Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku
[Adz-Dzaariyat (51) ayat: 56]
Mulailah dengan kesadaran bahwa kehadiran Anda di kehidupan ini PASTI untuk sesuatu yang penting.
[Mario Teguh]

Jumat, 21 Mei 2010

Ditikam Pernyataan

"Memang lidah tak bertulang" dan mungkin kini ditambah "tak ada yang menghalangimu untuk menulis". Mungkin selain besar kamauan atau keinginannya, kita ini sebagai homo sapiens juga besar ngomongnya (baik itu lisan maupun tulisan tentunya). Apakah itu pembawaan "dari sananya" sehingga kita mengeluarkan pernyataan seakan tanpa ada kendali. Tidak dapat digeneralisasi memang, toh ada juga orang yang irit bicara.

Tak seperti monyet, burung, keledai, anjing, dan sebagainya yang kita jumpai di kebun binatang atau di habitatnya langsung, ungkapan atau pernyataan kita itu tidak hanya mewakili rasa lapar, marah, mengancam, puas, atau ereksi, tetapi lebih dari itu. Pernyataan kita mewakili (merepresentasikan) siapa kita: dalam atau dangkalnya "otak" kita, tinggi atau rendahnya martabat kita, seorang yang konsekuen atau pembualnya diri kita dalam hal kesesuaian ucap dan sikap.

Dapatkah "pernyataan" itu diklasifikasikan sebagai benda gaib karena tidak terlihat wujudnya? Yang pasti ada atau tidak adanya wujud dari "pernyataan" itu sendiri, efeknya akan selalu ada sebagaimana teori komunikasi, who says what, to whom, in which channel, with what effect. Membesarkan atau mengerdilkan orang lain, menyenangkan atau menyakitkan orang lain, memberi manfaat atau mudharat bagi orang lain, Kesemuanya potensial. Selain effek hasil respon orang lain macam itu, seperti yang diungkap diatas, "pernyataan" pun bisa diibaratkan pembunuh bayaran sikopat yang kita bayar yang tiba-tiba membalikkan badan dan menyerang kita. Saat kita telah ditikam, berarti kita sudah tergolong pengkhianat (pengingkar janji), pembual, atau si Omong Besar aka si Omong Doang.

Sebagaimana kamaluan yang harus kita jaga, "Pernyataan" harus dijaga ekstraketat. Tak sedikit masalah di dunia ini timbul karena begitu liar tak terkendalinya "Pernyataan" dari makhluk yang katanya berakal ini. Sebagai konsekuensi dari berdayanya pikiran dan tenaga kita untuk "menyatakan" dan bertindak (membuktikan), segala hal yang bersumber dari kita, baik pernyataan maupun perbuatan niscaya akan dipertanggungjawabkan kepada yang telah memberi kita daya, untuk berpikir, berbuat, dan bicara (mengeluarkan pernyataan).

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More