Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku
[Adz-Dzaariyat (51) ayat: 56]
Mulailah dengan kesadaran bahwa kehadiran Anda di kehidupan ini PASTI untuk sesuatu yang penting.
[Mario Teguh]

Pemimpin Negara yang Telat Gaul

Pemimpin negara yang rakyatnya sering cetak "trending topic" (akhirnya) punya akun twitter. "Artis-artis twitter" Indonesia harus menepi dulu, Pak @SBYudhoyono mau lewat. (ilustrasi: merdeka.com)

"Shortcut" Pemenuhan Keinginan

Masih saja ada orang yang ingin penuhi hasrat keinginan duniawi melalui cara instan lewat praktik perdukunan berbalut guru spiritual di negeri yang gila hi-tech/gadget seperti ini. (foto: Shutterstock)

Perhatian di Tiap Malam Jelang Akhir Pekan

Telah menjadi pusat perhatian pemirsa di tiap Jumat malam. X Factor Indonesia mencetak ulang konstruksi idola melalui ajang yang katanya bukan hanya "singing competition". (foto: dusunblog.com)

Kenapa Perlu Giat 'Bikin' Film?

Janganlah dahulu menanyakan "Bagaimana", tanpa terjawab sebelumnya, "Mengapa" atau "Kenapa perlu/harus". Lalu "What for?" "Emang dengan banyak orang bikin film, so what?". (ilustrasi: net)

Cari yang Cocok, Jangan Cuma Cuco'

Tidak mutlak nyatanya jika pria itu menyukai wanita dengan tubuh yang aduhai dan wajah yang cantik jelita. Ada hal lain pada diri wanita yang membuat pria tertarik. (foto: Reuters)

Kamis, 29 Mei 2008

Kamu Laki-Laki atau Perempuan? Kok Sama?!


“Pa!….Papa!….Mama nggak kuat.”
“Ayo Ma!….Tahan!….Tahan!”
“Ayo Bu!..Tarik!..Buang!..Tarik!..Buang!”
“Yang kuat, Ma!….”
“Sedikit lagi, Bu….”.
Percakapan apa itu? Apakah Anda bingung? Atau malah sebenarnya Anda sudah tahu kegiatan apa yang sedang terjadi. Untuk meluruskannya, inilah kelanjutan ceritanya.
“Huu..huu..arrgh…”
“Iya….Akhirnya Bu, anak Ibu lahir.”
“Syukurlah, Ma!….Bayinya laki-laki atau perempuan, Dok?”
“Bayinya laki-laki…Wah, gantengnya!”
“Eyak..eyak..eyak….”.
Itulah pengalaman pribadi saat saya keluar dari perut ibu dan secara tak sengaja mendengar percakapan yang terjadi. Apakah Anda mempercayainya atau tidak?

Senin, 05 Mei 2008

Angkot Lambang Ketidakdisiplinan

Sudahkah anda naik angkot hari ini? Angkot memang tidak dapat dilepaskan dari mobilitas orang Indonesia saat ini. Hasil tinjauan sederhana di beberapa daerah menunjukkan bahwa angkot memang “nggak ada matinya”. Hal tersebut dapat dimaklumi mengingat masih banyak yang tidak memiliki kendaraan pribadi. Namun, terkadang orang yang punya kendaraan pun masih tidak sungkan untuk berpergian menggunakan angkot bila jarak yang ditempuh tidak terlalu jauh. Oleh karena itu, kita tidak dapat “menutup mata” akan keberadaan angkot saat ini.

Angkot itu memang seakan dewa penolong. Orang yang tidak memiliki kendaraan pribadi tetapi memiliki mobilitas tinggi akan menyetujui pernyataan tersebut. Ongkosnya yang relatif murah dan jangkauan yang luas dengan beraneka jurusan, membuat ongkot semakin dekat di hati. Apalagi, bila kita terlambat dengan berbagai alasannya, kita tetap takkan sulit menemukannya karena begitu banyaknya.

Sebenarnya itulah titik balik yang membuat angkot menjadi “sosok” pembuat masalah. Jumlahnya yang tidak terkendali seakan menjadi boomerang. Keberadaannya sangat dijengkelkan oleh orang. Tentu saja bukan oleh pemakai jasa tersebut melainkan oleh orang yang tidak ada di dalamnya, pengguna jalan yang lain. Sehingga, jalanan tak pernah sepi dari klakson kendaraan. “Dewa penolong itu hanya dipuja oleh pengikutnya.”

Beberapa yang dapat disebutkan menjadi faktor yang menyebabkan keberadaan angkot menjadi “pembuat masalah” di jalanan. Itulah hal-hal yang tidak lepas dari angkot. Pertama, yang sangat jelas tentu saja supir. Bagaimana keadaan supir saat ini? Semua orang dapat menebak, mungkin SIM yang dimilikinya adalah hasil “nembak”. Sehingga, tak aneh dia sering ugal-ugalan di jalan. Dengan keterampilan minim pun, seorang supir tetap membawa angkot karena desakan kebutuhan hidupnya. Yang muncul di jalanan adalah pengguna jalan yang money oriented, yang tidak memerhatikan keselamatan dirinya apalagi keselamatan pengguna jalan yang lainnya.

Kedua, isi dari angkot tersebut yaitu penumpang. Penumpang tidak dapat lepas dari “dakwaan” karena merekalah yang menggunakan jasa tersebut. Karena terbukti saat di jalan, supir menuduh penumpanglah yang bersalah, dengan “kiri” sembarangan. Padahal sebenarnya, keduanya mempraktekan hal yang serupa, tidak pada tempatnya.

Ketiga, inilah yang punya kuasa yang sebenarnya dituntut mampu untuk mengendalikan keberadaan angkot, yaitu pemerintah. Sebagai pemegang kebijakan, nampak sekali tak ada kebijakan yang mengatur keberadaan khususnya mengenai quantitas angkot. Entah lupa atau salah, mereka sedang memicu bom waktu.

Sebenarnya masih banyak hal-hal yang belum terungkap di belakang layer angkot tersebut. Namun, dari ketiga factor tersebut pun kita dapat menganalisis bahwa ada sesuatu di balik “nyebelinnya” angkot di jalan. Supir yang tidak tahu aturan, seenaknya, tidak pada tempatnya; begitu pula dengan penumpang yang tidak pada tempatnya, selalu ingin sesuatu yang segera meskipun dia sendiri tidak segera; dan juga aparatur atau pihak berwenang yang bertindak hanya bila telah menjadi masalah besar, terlihat ada penundaan di sana. Ada benang merah yang menyatukan semuanya, yaitu ketidakdisiplinan.

Angkot hanya sebatas lambang konkret yang terus terpojokkan, sedangkan masalah sebernya yang ada di belakangnya menjadi luput dari perhatiana semua orang. Sekali lagi masalah itu adalah, ketidakdisiplinan. Kalupun misalnya angkot “dipunahkan” dari jalanan, akan tetap ada lambang-lambang lain yang akan menggantikannya selama ketidakdisiplinan tersebut tidak dibenahi. Bukan hanya pemerintah, melainkan seluruh pihak yang yang selalu “mengukur jalanan”, harus melakukan perombakan sikap. Karena Ketidakdisiplinan itu idetik dengan keterpurukan. Maukah kita terpuruk hanya karena angkot?

Minggu, 04 Mei 2008

Menulis

TIGA GRUP MANUSIA
  1. Mereka yang TERKESIMA dengan apa yang terjadi
  2. Mereka yang MELIHAT sesuatu terjadi
  3. Mereka yang MEMBUAT sesuatu terjadi
Para penulis buku adalah orang-orang yang MEMBUAT sesuatu terjadi” (Bambang Trim:2005)
MENGAPA MENULIS??
Keunggulan Tulisan atas Omongan
  1. Tulisan sebagai Objek Visual
  2. Keabadian Tulisan Melampaui Zaman
  3. Tulisan Cermin Kedalaman Pikiran
  4. Tulisan Mudah Diduplikasi
  5. Tulisan Berdaya Sebar Tinggi
  6. Tulisan Dapat Didokumentasikan
  7. Tulisan Dapat Dibaca Berulang-ulang
  8. Apa yang Tak Kuasa Diucapkan Bisa Dituliskan
  9. Tidak Perlu Mengandalkan Pihak Kedua

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More