Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku
[Adz-Dzaariyat (51) ayat: 56]
Mulailah dengan kesadaran bahwa kehadiran Anda di kehidupan ini PASTI untuk sesuatu yang penting.
[Mario Teguh]

Senin, 20 September 2010

Democrazy is...I mean democracy is...

Demokrasi itu gak ada matinya, iya gitu?  Walaupun sekarang bukan masanya pemilu dan marema-nya tukang kaos dan umbul-umbul, ngomongin demokrasi bisa kapan saja. Toh, orang-orang (coba perhatikan di media massa) pada akhirnya senang membalikan segala hal pada kata itu demokrasi, seolah-olah "ia" yang paling benar dan yang tidak sesuai dengan "ajarannya" itu salah.

Emang demokrasi itu apa sih? Orang yang katanya pakar dan ahli pun banyak memberikan pengertian dan interpretasinya pun bisa beragam. Namun, siapapun akan mengakui bahwa konsepnya sangat "indah" dan "brilian". Apakah serupa dengan pengejawantahannya dan implementasinya?

Sulit. Bisa dibilang utopis. Yang terjadi pada hambanya demokrasi akan terus mengalami sebuah kebingungan, sebuah kebingungan lagi, sebuah lagi, kebingungan lagi, lagi, dan lagi.



Karena pada dasarnya demokrasi bertumpu pada kuantitas bukan kualitas.



Segala strategi dilakukan untuk menang, menggulingkan kekuasaan yang ada, dan tinggal bersiap saja digulingkan pada permainan yang sama.



Setelah menang yang terjadi malah pembagi-bagian kekuasaan bagi kalangan terbatas yang dinilai sebagai kawannya.



Apakah ini sebuah antipati? Sama sekali bukan. Bukan sama sekali. Ini hanyalah sebuah pendefinisian atau dengan kata lain, pembatasan. Agar jangan sampai "ia" menanggung sesuatu yang di luar kapasitasnya.

Apakah demokrasi takkan pernah mati? Jangankan mati, hidup pun tidak. Yang ada, manusialah yang menghidupinya (baca: menganggap seolah-olah hidup) dengan memberi jati diri alias makna kepadanya. Jadi tak perlulah kita mengagung-agungkannya, seolah "ia" bisa menghidupi kita (baca: ngasih makan, ngasih rezeki).

Demokrasi hanyalah cara atau jalan BUKAN akhir, penuntasan, atau tempat segalanya kembali.



Coba pikirkan saja, pada "apa/siapa" kita harus kembali?

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More