Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku
[Adz-Dzaariyat (51) ayat: 56]
Mulailah dengan kesadaran bahwa kehadiran Anda di kehidupan ini PASTI untuk sesuatu yang penting.
[Mario Teguh]

Senin, 05 Mei 2008

Angkot Lambang Ketidakdisiplinan

Sudahkah anda naik angkot hari ini? Angkot memang tidak dapat dilepaskan dari mobilitas orang Indonesia saat ini. Hasil tinjauan sederhana di beberapa daerah menunjukkan bahwa angkot memang “nggak ada matinya”. Hal tersebut dapat dimaklumi mengingat masih banyak yang tidak memiliki kendaraan pribadi. Namun, terkadang orang yang punya kendaraan pun masih tidak sungkan untuk berpergian menggunakan angkot bila jarak yang ditempuh tidak terlalu jauh. Oleh karena itu, kita tidak dapat “menutup mata” akan keberadaan angkot saat ini.

Angkot itu memang seakan dewa penolong. Orang yang tidak memiliki kendaraan pribadi tetapi memiliki mobilitas tinggi akan menyetujui pernyataan tersebut. Ongkosnya yang relatif murah dan jangkauan yang luas dengan beraneka jurusan, membuat ongkot semakin dekat di hati. Apalagi, bila kita terlambat dengan berbagai alasannya, kita tetap takkan sulit menemukannya karena begitu banyaknya.

Sebenarnya itulah titik balik yang membuat angkot menjadi “sosok” pembuat masalah. Jumlahnya yang tidak terkendali seakan menjadi boomerang. Keberadaannya sangat dijengkelkan oleh orang. Tentu saja bukan oleh pemakai jasa tersebut melainkan oleh orang yang tidak ada di dalamnya, pengguna jalan yang lain. Sehingga, jalanan tak pernah sepi dari klakson kendaraan. “Dewa penolong itu hanya dipuja oleh pengikutnya.”

Beberapa yang dapat disebutkan menjadi faktor yang menyebabkan keberadaan angkot menjadi “pembuat masalah” di jalanan. Itulah hal-hal yang tidak lepas dari angkot. Pertama, yang sangat jelas tentu saja supir. Bagaimana keadaan supir saat ini? Semua orang dapat menebak, mungkin SIM yang dimilikinya adalah hasil “nembak”. Sehingga, tak aneh dia sering ugal-ugalan di jalan. Dengan keterampilan minim pun, seorang supir tetap membawa angkot karena desakan kebutuhan hidupnya. Yang muncul di jalanan adalah pengguna jalan yang money oriented, yang tidak memerhatikan keselamatan dirinya apalagi keselamatan pengguna jalan yang lainnya.

Kedua, isi dari angkot tersebut yaitu penumpang. Penumpang tidak dapat lepas dari “dakwaan” karena merekalah yang menggunakan jasa tersebut. Karena terbukti saat di jalan, supir menuduh penumpanglah yang bersalah, dengan “kiri” sembarangan. Padahal sebenarnya, keduanya mempraktekan hal yang serupa, tidak pada tempatnya.

Ketiga, inilah yang punya kuasa yang sebenarnya dituntut mampu untuk mengendalikan keberadaan angkot, yaitu pemerintah. Sebagai pemegang kebijakan, nampak sekali tak ada kebijakan yang mengatur keberadaan khususnya mengenai quantitas angkot. Entah lupa atau salah, mereka sedang memicu bom waktu.

Sebenarnya masih banyak hal-hal yang belum terungkap di belakang layer angkot tersebut. Namun, dari ketiga factor tersebut pun kita dapat menganalisis bahwa ada sesuatu di balik “nyebelinnya” angkot di jalan. Supir yang tidak tahu aturan, seenaknya, tidak pada tempatnya; begitu pula dengan penumpang yang tidak pada tempatnya, selalu ingin sesuatu yang segera meskipun dia sendiri tidak segera; dan juga aparatur atau pihak berwenang yang bertindak hanya bila telah menjadi masalah besar, terlihat ada penundaan di sana. Ada benang merah yang menyatukan semuanya, yaitu ketidakdisiplinan.

Angkot hanya sebatas lambang konkret yang terus terpojokkan, sedangkan masalah sebernya yang ada di belakangnya menjadi luput dari perhatiana semua orang. Sekali lagi masalah itu adalah, ketidakdisiplinan. Kalupun misalnya angkot “dipunahkan” dari jalanan, akan tetap ada lambang-lambang lain yang akan menggantikannya selama ketidakdisiplinan tersebut tidak dibenahi. Bukan hanya pemerintah, melainkan seluruh pihak yang yang selalu “mengukur jalanan”, harus melakukan perombakan sikap. Karena Ketidakdisiplinan itu idetik dengan keterpurukan. Maukah kita terpuruk hanya karena angkot?

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More