Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku
[Adz-Dzaariyat (51) ayat: 56]
Mulailah dengan kesadaran bahwa kehadiran Anda di kehidupan ini PASTI untuk sesuatu yang penting.
[Mario Teguh]

Jumat, 12 April 2013

Moviekom 2013 (Bagian 3): Yakin, Film Berikutnya Akan Semakin Bagus



(Suasana antusiasme penonton Moviekom 2013. Foto: dokumentasi CC)

Sudah lima film Moviekom 2013 yang saya ulas: MISS di bagian 1; LARAS, KLOVN, SWEET BITES, dan DUA di bagian 2. Dari kelimanya saya mendapat pembelajaran tersendiri dan pengalaman menonton yang cukup menyenangkan, terlepas dari (tema) darah dan cinta yang muncul silih bergantian. Di bagian 3 ini, saya lanjutkan ulasan saya untuk film yang ada di Moviekom 2013.
Berikut film-film lainnya:

OBLATION
Saya sempat salah nyebut judul film ini jadi OBLIVATION saat bantu promo trailer filmnya di twitter, tanpa tahu apa sebenarnya makna kata yang saya ketik tersebut. Maaf ya teman-teman Two Thumbs Up... Hehehe.

Ya, judul film ini OBLATION, yang maknanya persembahan. Lalu kenapa judulnya mesti bahasa Inggris? Padahal filmnya berbahasa Indonesia dan di dalamnya ada unsur budaya yang coba ditampilkan. Soal perjudulan pakai bahasa asing, sudah saya singgung di bagian 2 ulasan film KLOVN.

Film ini mengingatkan saya pada film-film horror Suzanna yang biasa memunculkan tokoh wanita cantik teraniaya dan terbunuh, lalu membalaskan dendamnya dengan menghantui pria-pria pelaku agar arwah (si wanita) bisa tenang. Awal film saya mengira begitu.

Tapi film ini (TERNYATA) tidak "bermaksud" menampilkan cerita sesimpel itu. Adegan pembuka yang mistis dan artistik ditampilkan dengan sosok yang misterius, lalu berlanjut dengan adegan dua penghuni kamar yang didatangi wanita "gak jelas" yang kemudian tak sengaja terbunuh oleh salah seorang pria. Hingga akhirnya keduanya dihantui dan ternyata salah satu pria sudah menjadi hantu karena sudah dibunuh pria yang satunya lagi. Dan sebenarnya wanita "gak jelas" itu adalah "kiriman" wanita pemilik kamar kos-kosan (ini saya mesti nebak dulu) yang memuja "dewi anu" (semacam Nyi Roro Kidul) untuk menjadikan pria-pria itu tumbal. Nah, ribet gak tuh ceritanya? Hehehee

Sebagai film pendek, OBLATION dapat dikatakan kurang efektif dan efisien. Plotnya terlalu berlapis dengan visualisasi atau penggambaran yang terlalu minim sehingga maksud cerita sulit dipahami (baca: dinikmati), semisal penggambaran ibu-ibu itu adalah pemilik kos dan apa motif dia memuja "dewi anu" hingga menumbalkan penghuni kosannya, sulit untuk ditangkap.

Akting dan pemilihan pemain yang terlalu dipaksakan menjadi sesuatu yang cukup mengganggu di film ini. Untuk beberapa adegan, teror si wanita ditampilkan terlalu awkward. Tetapi untuk beberapa adegan lain, OBLATION sukses bikin saya kaget. Film ini menonjol di sisi wardrobe dan make-up si "dewi anu" dan artistik ruang pemujaannya. Cuma saya pengen bilang, yang juga dikomentari tim juri, kalau borgol itu gak pernah dinongolin kayak begitu. Hehehe. Ketahuan tuh, polisi di film ini abal-abal banget. Hahaha

SPEECHLESS
Ini salah satu film di Moviekom 2013 yang memiliki cerita dan plot yang matang dan terkonsep dengan apik sebagai film pendek. Dengan menampilkan shot pertama yang janggal tapi ternyata menjadi inti cerita, seorang pria menaruh satu boneka berbie melengkapi koleksinya, SPEECHLESS membuat saya "speechmore" memuji film ini begitu filmnya usai.

Look gambar film ini saya melihatnya cukup unik sebagai film thriller. Penataan kamera terlihat profesional karena cinematographer tidak malas untuk menggunakan tripod. Cutting gambar pun membuat penonton nyaman melihatnya. Secara keseluruhan artistik film ini bisa dikatakan lumayan, not bad.

Film ini dibangun sebagai film romance (lagi-lagi soal cinta) yang kemudian memberikan kejutan yang takkan terlupakan bagi tokoh di filmnya dan tentunya bagi penonton. Film ini mengingatkan saya pada film pendek YOURS TRULLY karya Ian Salim dan isteri (saya lupa namanya). Mungkin memang form untuk film semacam ini akan selalu sama dengan formula yang berbeda. Tetapi hal ini tidak mengurangi ketidakterdugaan SPEECHLESS.

Saya cukup terganggu dengan akting pemeran pendukung yang ditampilkan terlalu "sinetron". Selain itu, pemilihan flashback yang menggambarkan apa yang pernah terjadi pada korban-korban terdahulu, selain apa yang terjadi pada si wanita "sinetron", bisa dianggap tidak perlu. Mungkin akan lebih "gila" jika hanya diutarakan oleh si pelaku.

Satu hal yang saya suka dan juga disukai beberapa juri, selain ide cerita dan alurnya, yaitu dialog "cerdas" di salah satu adegan yang bersetting kolam renang apartemen. Saya berasa melihat film romantik Amerika. Dapat dianggap di Moviekom 2013 yang bertema "Cinta dan Siksa", film ini adalah salah satu juaranya.

MEMORI

Film ini bermaksud menampilkan memori dari salah satu tokoh di dalamnya yang tiba-tiba muncul ketika dia mulai menjalin hubungan dengan orang lain, tetapi sayang sekali maksud tersebut kurang begitu terfilman di dalam MEMORI. Mengangkat tokoh yang bisa main tenis, unsur cerita -karakter, hasrat, dan masalahnya- tidak cukup terbentuk dan terbangun.

Dari sini kita bisa mengambil pelajaran, jika suatu hal di dalam film kita tarik dan kita ganti dengan hal lain dan itu tidak mengubah atau memengaruhi cerita, itu adalah tanda yang sangat jelas kita tidak perlu memasukan sesuatu tersebut ke dalam film, terlebih ke dalam film pendek.

Seandainya tokoh di dalam film ini bisanya futsal, itu sama sekali tidak memengaruhi cerita. Film ini berpotensi menarik jika saja pemilihan tenis dengan segala serba-serbinya (aturan permainannya, karakteristik bolanya, atau hal lain) memiliki makna khusus dalam mengilustrasikan hubungan (relationship).

Romantisme yang ditampilkan di dalam film ini bisa dianggap terlalu tipikal. Walau pemvisualisasiannya melalui adegan, akting, tata kamera, artistik, dan editing, kurang menopang, gagasan atau ide film ini sudah cukup mengesankan sebagai film pertama.

BALLOON OF LOVE
Saya langsung menyukai ide film ini saat pertama kali hanya mendengar ceritanya dan ketika itu masih jadi "jabang" film (belum diproduksi). Sebagai pembuat film dari kalangan mahasiswa, mengangkat kisah cinta di luar dirinya, terlebih yang dikisahkan itu adalah orang yang selama ini termarjinalkan, adalah sesuatu yang sangat keren, di luar kebiasaan.

Ketika itu saya memiliki kekhawatiran film pendek ini akan jadi bercita rasa film televisi (FTV) siang dan sore hari yang biasa nongol di layar televisi, orang "bawah" mendapatkan cinta dari seseorang yang berasal dari kalangan "atas". Namun untunglah BALLOON OF LOVE tidak begitu.

Mengangkat sesuatu di luar diri memiliki tantangan tersendiri. Pengamatan atau observasi perlu kuat karena salah-salah bisa jadi sotoy dan tidak bisa diterima oleh penonton. Ihwal hal ini, sempat saya singgung di bagian 1 saat mengulas MISS. Dan seperti saya komentari di film-film sebelumnya, kenapa judulnya harus bahasa Inggris? Kalau menggunakan judul "BALON CINTA", saya kira tetap bagus dan tetap menarik.

Sedikit menyayangkan kemasan film ini kurang all out, salah satunya dari sisi artistik. Contohnya sepeda yang digunakan (di dalam film) untuk berjualan balon dengan tipe balon warna polos, bukanlah sepeda yang biasa digunakan penjual balon, karena yang biasanya itu adalah yang "membonceng" tabung gas. Ketika (tak sengaja masuk frame) ada tukang balon lain jualan balon Spongebob (dan tokoh kartun lainnya), jelas pemuda penjual balon ini kalah saing. Hehehe.

Film ini cukup bijaksana dengan memilih konsep silent movie. Adegannya sudah sangat berbicara tetapi (sayangnya) terlalu berlama-lama dalam shot. Dampaknya, pace (kecepatan) film ini jadi lambat dan cenderung membosankan. Tak perlulah penonton diperlihatkan bagaimana susahnya mengikatkan surat ke balon dengan shot close-up, misalnya. Durasi film ini masih sangat benar-benar bisa dipangkas di editing.

Walau film manis ini kurang terkemas dengan manis (dalam komposisi shot, pengaturan crowd, dan look film), BALLOON OF LOVE berhasil dalam menyampaikan pesannya dan cukup bisa mengecoh dugaan penonton. Dan satu hal yang paling tidak terduga dan membuat seluruh tim juri teriak, yaitu saat melihat adegan akhir: (Waaa) anak pengantar balonnya kembar!!!

Baiklah, ulasan kali ini saya cukupkan empat film dulu. Tiga film berikutnya nantikan di post selanjutnya.

Sesuai judul posting ini, saya berkeyakinan jika orang-orang di balik layar film-film Moviekom 2013 kembali membuat film, filmnya akan semakin berkualitas, selama persiapannya matang dan ceritanya adalah sesuatu yang disenangi atau diminati.

"Keep Rolling..!"
"CC! CC! CC! ACTION!!!"

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More