Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku
[Adz-Dzaariyat (51) ayat: 56]
Mulailah dengan kesadaran bahwa kehadiran Anda di kehidupan ini PASTI untuk sesuatu yang penting.
[Mario Teguh]

Rabu, 25 Februari 2009

Bagaimana Kerja Keras Tak Jadi Siksaan

Kerja keras merupakan suatu keharusan yang harus dilakukan dalam menjalankan suatu pekerjaan, di samping kerja cerdas. Namun, kadang dengan kerja keras, kita jadi seakan tersiksa. Psikis tertekan, tenaga terkuras. Tuntutan yang ada yang mengharuskan kita untuk bekerja keras ini, tak dapat dihindari. Apapun pekerjaannya, tuntutan untuk bekerja keras akan selalu ada. Pekerjaan itu identik dengan kerja keras.

Kita memiliki kewajiban untuk menuntaskan suatu pekerjaan. Belum pekerjaan itu tuntas, telah hadir kewajiban lain. Durasi yang ada untuk menuntaskan suatu pekerjaan, kadang sangat terbatas. Ataupun, ulah kita menunda pekerjaan sehingga menumpuk dan menjadi berat. Berbagai alasan yang mengharuskan kita bekerja keras dalam dalam suatu pekerjaan, dapat timbul.

Dengan kondisi itu, tak aneh bila kerja keras berpotensi menjadi suatu siksaan. Perlu ada sikap yang tepat untuk menghadapi tuntutan dalam pekerjaan tersebut. Berikut tulisan praktis dan inspiratif dari
Bambang Hermanto, Ketua Umum IKA Ikopin yang dimuat di Majalah PIP (Pusat Informasi Perkoperasian) pada edisi No.303/Oktober/TH XXVI/2008.

Bercinta dengan Pekerjaan

Bekerjalah setiap hari, seolah-olah engkau sedang menghadapi liburan.
(Zig Ziglar, Motivator)

Malam telah larut, ketika Thomas Alfa Edison tiba di rumah, setelah seharian bekerja di laboratoriumnya. “Sayang, setiap hari kamu selalu bekerja keras. Pasti capek, ya. Sekali-kali, pergilah berlibur,” ujar istrinya. “Ke mana saya harus pergi?” tanya Edison, enteng. “Ke mana saja tempat yang kamu senangi,” timpal sang istri, sambil tersenyum. Seraya membalas senyum istrinya, Edison berujar, “Baiklah, besok saya akan pergi.”

Esok harinya, dengan muka cerah dan penuh semangat, Edison pun pergi dengan sedikit tergopoh ke tempat yang paling disukainya: Laboratorium! Seperti biasanya, dia pun segera larut dalam kegiatan penelitiannya, yang hasilnya kelak bisa mengubah sejarah peradaban manusia, sampai sekarang.

Edison tidak pernah melihat pekerjaan sebagai beban atau kewajiban, tetapi seperti melakukan permainan yang menyenangkan. Karena itu, ia tak pernah merasa bekerja satu hari pun. Sampai usia 73 tahun, Edison bekerja 18 jam sehari. Dan mulai usia 73 tahun, ia sedikit mengurangi jam kerjanya menjadi 16 jam sehari.

Saking senangnya pada pekerjaan di labnya itu, Edison bahkan tidak pernah mengeluh apalagi putus asa, ketika percobaannya menciptakan lampu pijar gagal sampai 10 ribu kali. “Gagal? O, tidak,” tukasnya, ketika dikonfirmasi wartawan tentang kegagalannya itu. “Saya telah menemukan 10 ribu kemungkinan yang kemudian membawa saya makin mendekatkan ke arah keberhasilan!”
Edison adalah contoh legendaris tentang orang yang sangat mencintai pekerjaannya, dengan hasil yang fantastis sepanjang massa. Dalam berbagai ukuran, tentu saja kita juga bisa menemukan banyak contoh lain. Orang-orang yang sukses hari ini, pastilah mereka yang memiliki gairah tinggi ketika menggeluti pekerjaan atau profesinya. Mereka tidak konsen pada hasil atau upah yang diterima, tetapi pada pekerjaan terbaik yang bisa diberikannya, dengan mengerahkan segenap kemampuannya. Karena itulah, kompetensi mereka secara otomatis akan terus meningkat.

Seperti Edison, orang yang mencintai pekerjaannya, memang kerap lupa waktu. Tapi, tidak setiap orang yang setiap harinya larut di tempat pekerjaan hingga melebihi jam kerja normal, berarti mencintai pekerjaannya. Boleh jadi ia sebetulnya merasakan pekerjaan sebagai beban yang membosankan, sehingga sangat sulit menuntaskan tugas yang diberikan padanya, meskipun sudah menghabiskan waktu lama.

Bayangkan, bagaimana sialnya orang yang tidak mencintai pekerjaannya. Mereka bukan hanya menghabiskan waktu dengan nyaris sia-sia, melainkan juga setiap jam atau menit yang berlalu, harus dilewati dengan penuh siksaan. Sudah begitu, kualitas pekerjaan yang dihasilkannya, pasti standar saja, bahkan kerap di bawah standar. Begitu juga dengan kompetensinya, menjadi sulit berkembang.

Ingatlah, hidup hanya menyediakan dua pilihan: mencintai pekerjaan atau mengeluh setiap hari. Seperti yang dikatakan motivator Zig Ziglar, orang yang paling apes adalah yang tidak menyukai pekerjaannya, tapi dia tetap menekuninya.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More