Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku
[Adz-Dzaariyat (51) ayat: 56]
Mulailah dengan kesadaran bahwa kehadiran Anda di kehidupan ini PASTI untuk sesuatu yang penting.
[Mario Teguh]

Rabu, 18 Februari 2009

Panglima yang Ditinggalkan Prajuritnya



Manusia dilahirkan sebagai pemimpin di muka bumi. Meskipun kredibilitasnya sempat dipertanyakan oleh malaikat, apakah yang akan dijadikan pemimpin di muka bumi itu adalah makhluk yang akan menumpahkan darah? Yang Satu, tak bergeming. Yang Satu paling tahu untuk urusan itu. Keputusan itu pun yang telah membuat iblis yang sombong, berani menaruhkan dirinya untuk dimurkai selamanya oleh Yang Satu.

Anehnya, pada suatu masa, bisa jadi terulang, posisi itu tidak dikehendaki oleh manusia itu sendiri. Alasan bisa bermacam-macam. Itulah manusia, lemah, berkeluh kesah, kikir, dan susah payah. Tak salah bila karena sifat dasarnya itu, posisi manusia sudah berada dalam kerugian. Posisi pemimpin tidak dikekendaki diemban dalam situasi posisi tersebut membutuhkan pengorbanan, tempatnya tanggung jawab yang besar terhadap orang banyak, posisi yang penuh tekanan, dan ketidaknyamanan lainnya.


Hal tersebut terbukti membuat manusia alergi dengan pemimpin. Itu terjadi. Awalnya siap, setelah sedikit tekanan, akhirnya menyerah juga. Lebih banyak manusia, sejauh pengamatan, lebih melimpahkan posisi tersebut kepada orang lain. Entah apa dasarnya. Apakah percaya pada orang tersebut, atau dengan melimpahkan kepada orang lain dia lebih bisa mendapatkan kenyamanan dan meneruskan sifat dasar yang disebutkan tadi.

Sedikit kontradiktif memang bila melihat ke jalan-jalan pada saat ini. Di sana terpangpang dengan jelas foto dan nama lengkap manusia yang katanya siap menjadi pemimpin. Pertanyaan sama perlu disematkan pula kepada manusia-manusia penuh percaya diri tersebut, apakah posisi pemimpin dengan segala konsekuensinya memang siap diemban atau dengan posisi pemimpin itu dia bisa mendapatkan kenyamanan dan meneruskan sifat dasar yang disebutkan tadi.

Pada perjalanannya, pemimpin dapat seketika berubah menjadi bak panglima perang. Situasi dan kondisi yang membuatnya harus berjiwa bak panglima yang menghadapi perang. Bukan berarti dengan merasa sebagai panglima perang membuat manusia yang mengemban posisi pemimpin itu menghalalkan pembunuhan dan penindasan. Namun, sikap dan jiwalah yang dimaksud di sana. Di tengah sikon yang penuh tekanan, pemimipin harus berani, tegas, dan yakin dengan keputusan yang diambil.

Sebuah pertanyaan menarik, bagaimana bila Anda berada pada posisi panglima yang menyerukan perang lalu tiba-tiba Anda ditinggalkan oleh prajurit Anda?
[Tulisan ini belum selesai. Tapi sejauh ini, bagaimana menurut Anda?]

3 komentar:

yg jelas mental psti langusng down deh...

Percaya atau tidak, Ini benar-benar pernah saya alami,
dan benar, sangat menekan mental.
Memang bukan dalam sebuah medan pertempuran yang sebenarnya yang penuh lontaran mortir, peluru, rudal hingga memuntahkan darah,
tetapi hanya dalam sebuah malam akhir orientasi jurusan di kampus yang "sebatas" penuh lontaran kata-kata...
Pengalaman itu sangat mendewasakan.

Hari ini saya dapat sebuah kutipan dari seorang motivator,
"Percayalah bahwa apa yang anda alami sekarang, ujian, cobaan dan tekanan, semuanya itu sebenarnya ada hanya untuk menguji kepantasan anda untuk memikul tanggung jawab yang lebih besar dari kesuksesan yang akan anda peroleh nanti.
Semakin besar ujian, cobaan dan tekanan yang anda hadapi, berarti semakin besar pula tanggung jawab dari kesuksesan yang akan anda raih... (Mario Teguh)"

Kembali melegakan hati dan mental yang sebelumnya memang sudah lama pulih.

Makasih buat @Coy atas kesediaannya mengisi komentar postingan ini.

Gila!!! Tulisan ini keren banget!!!
Gw juga pernah mengalami hal serupa tulisanmu.. dan dari pengalaman itu Gw punya kesimpulan untuk ngejawab
"bagaimana bila Anda berada pada posisi panglima yang menyerukan perang lalu tiba-tiba Anda ditinggalkan oleh prajurit Anda?"
Dan jawabannya adalah
Gw akan tetap berperang!!! Dengan strategi, meski tanpa prajurit. Gw ga akan Menurunkan panji dan tetap berdiri tegak meski kaki geneteran! walau kalah bahkan mati dalam perang itu bukan masalah.. yang pentingkan berjuangnya, kalah menang cuma hasil!
Gw nulis Gini biar kalo suatu saat Gw mengalami hal serupa ada yang ngingetin untuk
---NEVER EVER GIVE UP---

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More