Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku
[Adz-Dzaariyat (51) ayat: 56]
Mulailah dengan kesadaran bahwa kehadiran Anda di kehidupan ini PASTI untuk sesuatu yang penting.
[Mario Teguh]

Minggu, 17 Mei 2009

Lama Tak Terbarukan

Saya mengutip lirik sebuah lagu dari Dewa19,


"Detik-detik berganti dengan detik
Menit pun silih berganti
Hari-hari pun terus berganti
Bulan-bulan juga terus berganti
Jaman-jaman pun terus berubah
Hidup ini juga pasti mati
... ."

Apa ya buktinya kalau kita itu sudah berubah atau saya sebut di sini terbarukan?
Sempat berpikir bahwa perubahan itu tentu dapat seketika telihat. Kita melihat dari suatu tindakan yang menunjukkan perubahan itu. Kalaupun tidak, perubahan itu pasti akan terasa (tapi mungkin tidak bila tanpa tindakan?).


Sekali lagi yang ingin saya sebut di sini adalah terbarukan (maaf bila dianggap ngotot). Terbersit pertanyaan, logiskah bila (kata yang digunakannya) perubahan itu terjadi setiap hari? Atau dengan kata lain selalu berubah-ubah..? Rasa-rasanya itu mengesankan ketidak-konsistenan. Bila yang disebut adalah terbarukan, terjadi setiap hari pun malah akan menimbulkan kesan yang positif. Ada istilah terbarukan setiap hari. Artinya di hari berikutnya, pribadi tersebut selalu menjadi menarik karena ada hal lain yang muncul (baru) dalam dirinya.

Saya akan meninggalkan pegangan saya terhadap rasa. Menjadi pribadi yang selalu terbarukan itu adalah harus. Bagaimana jadinya bila kita dengan usia sekarang, masih identik dengan pribadi kita di usia balita dulu. Tentu kita telah mengalami pembaruan setelah melalui masa itu. Malah, kita pasti akan mengalami pembaruan tersebut secara berkala. Pertanyaannya adalah apakah kala-nya itu kadang kala, kala itu, suatu kala? Maksudnya adalah seberapa sering pembaruan tersebut berlangsung? Cukupkah hanya dalam pembagian: masa mengandung, masa menyusui, masa merangkak, masa balita, masa kanak-kanak, masa remaja, masa muda, masa dewasa, dan masa tua? Kalau seperti itu lemot juga ya. Antivirus saja harus di-update dengan frekuensi yang sering.

Nah, baru saya menemukan istilah yang lebih pas lagi, update. Kita menjadi pribadi yang usang karena lama tidak di-update. Kita menjadi pribadi yang amburadul karena nge-update-nya jarang. Kita menjadi pribadi yang ketinggalan karena anti untuk meng-update. Apakah kamu sepakat soal itu? Mengingat perubahan waktu itu yang kita pahami adalah mulai dari detik, updating sehari sekali adalah batas normal. Bila kita memperbaharui diri kita hanya perbulan (karena ada masalah misalnya), bukankah kita menjadi pribadi seperti yang disebutkan di atas?

Persoalann lainnya, saya teliti diri saya sendiri, mengingat manusia itu kompleks, kadang saya lupa apa yang sudah saya perbaharui. Tidak adanya jejak historis membuat saya (bisa jadi) hanya memperbaharui hal yang itu-itu saja padahal sudah ter-update. Tidak adanya rekam tulisan juga membuat saya tidak tahu apa yang perlu saya perbaharui. Hal parah lainnya, tidak adanya bukti otentik lainnya membuat saya lupa telah memperbaharui apa dari diri saya. Jatuh-jatuhnya, saya mengalami apa yang disebutkan pertama atau malah pembaharuan itu tidak berbekas atau hilang begitu saja.

Itulah refleksi dari kisah perjalanan blog ini hingga seperti ini.
Tidak update.

Semoga saya menjadi pribadi yang terbarukan setiap harinya.
Amin ya Rabbal Alamin.

foto: gensmart.multiply.com; www.etftrends.com

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More