Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku
[Adz-Dzaariyat (51) ayat: 56]
Mulailah dengan kesadaran bahwa kehadiran Anda di kehidupan ini PASTI untuk sesuatu yang penting.
[Mario Teguh]

Jumat, 10 Februari 2012

Tidak Selalu Holliwood yang Terbaik

Film Club by David Gilmour

Sebuah buku atau lebih tepatnya novel menarik dimiliki oleh seorang teman. Novel itu berjudul “Klub Film” karya David Gilmour berisi kisah pribadinya dalam mendidik anak melalui film. Novel tersebut adalah kisah nyata seorang ayah yang mengizinkan putranya berhenti bersekolah–asalkan putranya itu mau menonton tiga film seminggu. Wow! Apa argumentasi atas hal itu berhenti saat menyebut alasannya hanya karena faham liberal yang dianut di Amerika sana? Rasanya tidak. Ada suatu pembelajaran dalam menonton film-film. Apakah itu? Saya perlu baca dulu novelnya.
Mulai hari dan berlanjut lagi di bulan berikutnya, saya akan mem-post film-film yang saya tonton selama satu bulan. Setidaknya bagi saya sendiri itu sebagai dokumentasi atas rekam jejak film-film yang telah saya tonton. Salah satu alasannya, kita mungkin kadang sering lupa film-film apa saja yang sudah kita tonton dan apa-apa saja catatan menarik atas film-film tersebut. Selain menyebut film dan catatan menarik atas film tersebut, saya pun akan memperingkatkannya. Tentu saja itu sesuai selera saya…hehehe.
Mari kita mulai.Bulan Januari lalu saya sukses menonton film hingga tuntas dengan sadar tanpa paksaan dan tidak mengantuk yaitu sebanyak 10 film, diantaranya ditonton lebih dari sekali. Rasa atau feel dari kesepuluh film tersebut cukup beragam. Film sweat percintaan hingga film darah-darahan, terlahap tanpa menyengajakan sebelumnya genre ataupun jenis film yang akan ditonton. Langsung saja, inilah peringkatnya dimulai dari peringkat paling buncit, versi Abdalah Gifar :)
10. Ilusion Theatre
sumber foto: dpirates.com
Film omnibus ini adalah karya tiga sineas Korea yang ketiganya bersetting teater (tempat pertunjukkan). Subtitel yang jauh dari kata sempurna membuat film ini sulit dimengerti. Selain memang film ini terasa kurang efektif dalam penuturan gambar, sehingga dialog benar-benar jadi tumpuan untuk memahami film ini. Saat dialognya tidak kita mengerti. Mengerti apa kita soal film ini.
Film pertama adalah (yang tertangkap) tentang sebuah pertunjukan drama bertopeng yang sedang disaksikan oleh seorang pria yang membawa anjing dan dia diikuti pria gendut (siapa dia? entahlah) yang tidak fokus melihat drama di panggung. Tak ada penonton lain dalam pertunjukkan tersebut. Drama panggungnya tentang apa? Entahlah. Hingga tiga pemeran dalam panggung itu menyudahi aksi teaternya yang memang memukau secara sinematografi. Dan ternyata pemeran utama dalam teater dan pertunjukkan teaternya itu sendiri ada hubungan dengan pria yang menonton yang membawa anjing tersebut. Konklusi didapat di akhir.
Film kedua tentang tentang anak pedang daging sapi yang menjumpai manusia berkepala sapi pembasmi setan (entah zombie, entah dracula, entah vampir, tapi yang pasti cantik, cewek Korea keturunan bule…hehehe). Ulasannya tidak bisa panjang lebar karena ketidakjelasan ceritanya.
Film ketiga, tentang aksi pembunuh berdarah dingin yang selalu bersama seorang anak perempuan dalam menjalankan aksinya. Tokoh sentral dari film ini sendiri adalah seorang pekerja film yang sedang berkonflik dengan rekan dan bosnya. Dengan menangkap sekilas itupun saya merasa sudah sangat cukup. Lanjut ah…
9. Hostel 3
image source: fearnet.com
Film berdarah-darah dan berunsur kekejaman. Tapi tidak sejam prekuel sebelumnya. Setelah ditelusuri, sutradara film ini berbeda dengan dua seri sebelumnya. Di film ini pertunjukan penyiksaan demi hiburan tersebut telah di-manage dengan serius dan lebih canggih walau citarasa tempat misterius dan tersembunyi masih diangkat dalam film ini.
8. Malena
image source: annyas.com
Bagaimana imajinasi seorang anak yang mulai puber melihat wanita idola pria satu kota kecil di Italia. Wanita itu adalah Malena. Kepolosan dan freak-nya bocah pada cerita film ini masih bisa saya terima. Selain berpusat pada inti cerita yang demikian, Malena pun menyuguhkan latar jatuh dan bangkitnya negara fasis Italia dalam perang. Itu pula yang terepresentasi pada karakter yang dimainkan Monica Bellucci.
7. Midnight in Paris
image source: bleedingcool.com
Banyak kritikus film menganggap film ini adalah film yang cerdas. Saya dapat menyimpulkan seperti itu karena film ini diganjar Golden Globeuntuk penulisan skenarionya. Saya pun mengakui itu setelah menonton film ini. Begitu jeniusnya Woody Allen melakukan pembacaan atas sastra dan seni kalsik pada umumnya. Namun, bagi yang tidak akrab dengan dunia sastra, film ini jadi film yang membosankan. Dialog beserta pengadeganan yang pas membuat saya jadi mengagumi Woody Allen.
6. Crazzy Little Thing Called Love
image source: megindo.net
Film so sweat! Thailand memang terbukti bisa menyita perhatian penonton film di Indonesia. Mindset bahwa film Hollywood is the bestbagi saya pribadi tergoncang pasokan film-film berkualitas dari negara-negara Asia, salah satunya dari Thailand.
Film yang lebih berperspektif atau bersudut pandang wanita ini menyuguhkan cerita bak Betty Lavea. Namun tetap saja penuturan yang jenaka dan satir secara lengkap dalam film ini membuat yang menonton dan yang belum mati rasa, akan merasa meringis teriris dan bisa menuai senyum dan tangis. Hanya memang pakem akan kisah cinta bagi remaja yang berujung bahagia tidak coba diganggu gugat oleh film ini walaupun kesempatan itu dalam cerita sangat terbuka. Film ini berhasil memainkan dinamika perasaan, ekstrem titik bawah (sedih) dan ektrem titik atas (bahagia).
5. The Burning Plain
image source: imdb.com
Saat saya SMP, saya sudah sangat suka dengan filmBabel, dan cukup suka dengan film 21 Grams. Menurut saya kedua film itu selain menghaluskan perasaan saat menontonnya tapi juga mengasah pikiran atau kecerdasan. Dua film itu sangat menginspirasi. Hingga saya pun menemukan penulis cerita dari kedua film tersebut membuat atau menangani sendiri ceritanya. Dalam film ini Guillermo Arriaga menjadi sutradara.
Film ini membawa sensasi yang sama saat menyaksikan dua film yang saya sebut di atas saat masa remaja dulu. Dengan kisah berlapis, padahal masih karakter yang sama, membuat saya bisa merasakan berkecamuknya hati karakter utama pada film ini.
Bila ceritanya ditarik garis linear, tidak dibuat dengan plot bolak balik dan acak, mungkin feel dari film ini tidak akan terasa. Sebatas begitu saja (Gimanamaksudnya, tonton saja). Namun saat diacak dan saya dibuat berpikir dan fakta diungkap perlahan satu persatu, film ini menjadi film yang bisa mengantarkan rasa. Setidaknya itulah salah satu parameter film berkualitas bagi saya: mengantarkan rasa, ibarat hujan yang dinginnya itu terasa.
4. Sleeping Beauty
image source: iwatchonlinemovies.com
Film jenis baru yang pernah saya tonton. Saat tahu bahwa sutradaranya adalah seorang sastrawan, saya jadi mulai menerawang mungkin seperti inilah film sastra. Banyak hal dari film ini tidak mengikuti pakem sebuah film yang dipropagandakan Hollywood. Film ini menawarkan penuturan yang berbeda. Resikonya memang bila tidak cerdas-cerdas menontonnya secara mendalam dengan mengoptimalkan perasaan dan pikiran, film ini dapat tergelincir menjadi film yang membosankan di mata penonton film yang telah terpahat film-film Hollywood. Aksi pemeran film ini yang pada masa kecilnya juga membintangi film Ghost Ship, cukup bisa membuat penonton bertahan.
Film yang bisa jadi bahan diskusi bagi penonton film yang ingin cerdas dalam menonton film. Karakter, apa yang ingin dicari atau diraih oleh si karakter, dan masalahnya atau dengan istilah lain ketiganya disebut premis, tidak dituturkan dengan cara biasanya (ala Hollywood). Kita sendiri yang diajak menerka. Apa sih masalah si tokoh utama. Penggunaan scoring yang hanya ada dalam dua adegan, serta tidak adanya hasrat dari si karakter dalam cerita merupakan sedikit dari absurd-nya film ini. Yang menarik, hanya dua kali pula kita bisa melihat si tokoh mengekspresikan jiwanya, yaitu saat adegan dimana teman entah pacarnya yang sakit tengah sekarat dan saat dia terbangun dari tidurnya. Bukan kebahagian yang ia rasakah saat tersadar dari tidur lelapnya bak putri tidur yang dicium pangeran, melainkan histeria.
Setelah menonton dan berdiskusi dengan teman, saya akhirnya menyadari bahwa film ini bercerita tentang kematian. Apa yang kita tahu tentang dongeng Sleeping Beauty menjadi ironi bila tetap disematkan pada film ini.  Sebagai informasi, ini adalah film dari Australia.
3. Watchmen
image source: rss.warnerbros.com
Sejak dulu saya sudah dicekoki film-filmsuperhero yang bentuknya tim. Sebut saja tontonan anak masa itu, Power Rangers. Apa yang dibangun dari filmsuperhero semacam itu, membuat pola pikir selain dari pada hobi tontonannya, yaitu kecenderungan untuk bekerja sama dalam suatu tim. Dari sisi tontonannya, saya jadi begitu suka film yang menggunakan potensi banyak orang dengan kecerdasan serta kepemimpinan yang ada di dalamnya.
Inilah evolusi akhir dari keberadaan superhero yang sangat terkait dengan politik sampai perang. Dengan premis yang menarik, apakah superhero bisa menangkal perang. Bila kadarnya masih membasmi kejahatan dari seorangvillian, banyak superhero bisa melakukannya. Untuk urusan perang, Watchmenyang “turun tangan”.
Walau untuk film ini jangan mengharap visual efek yang benar-benar ciamik seperti Dark Night misalnya. Karena film ini memang saya pikir tidak berfokus ke sana. Kontemplasi dari superhero yang juga masih manusia, menjadikan film ini beda dari film serupa kebanyakan dan berhasil mengambil hati saya.
2. Drive
image source: free-ost.com
Diam-diam menghanyutkan. Pada dasarnya saya suka film yang mengajak berpikir dan mendalami perasaan, selain dari aksi dan sinematografi yang memukau. Ini film komplet menurut saya. Memberi hiburan yang berbeda dalam menonton film. Dengan dialog yang minim dan brutalitas yang tiba-tiba, sensasi film ini seperti terapi kejut dengan aliran listrik. Hal lain yang menarik, nama dari si karakter utama sama sekali tidak pernah tersebut. Sebutannya hanyalah Driver.
Penggunaan simbol yang menjadi ikon dari si karakter yaitu logo kalajengking pada jaketnya adalah satu-satunya klu untuk karakter si tokoh utama. Mungkin kamu pun tahu bagaimana karakter seekor kalajengking. Selalu waspada dan cool, cenderung kaku dengan adanya capit, tapi tanda terduga bisa sangat mematikan dengan sengatan ekornya.
Film yang mangajak rileks dan terkejut dengan cepat. Di sini Ryan Gosling makin membuktikan kualitas aktingnya yang bisa masuk berbagai karakter. Decak kagum untuk film ini.
1. Suckseed
image source: baguskurniawan.com
Inilah film juara untuk film yang saya tonton di Januari 2012. Film yang sangat personal bagi saya. Film tentang romantisme cinta monyet masa kanak-kanak yang berlanjut hingga massa abg labil yang sedang mencari jati diri. Band menjadi pilihan bidang yang digeluti oleh si tokoh utama dan sulitnya mengekspresikan cinta masih melekat pada si tokoh. Film ini pun menampilkan bintang yang sangat eye catching, Nattasha Nauljam.
image source: flikkenni.blogspot.com
Secara objektif, film ini memang lengkap. Film kisah remaja ini selain menampilkan keluguan dari cinta mereka, tak kalah menampilkan emosi suatu ikatan sahabat kental, serta semangat untuk meraih cita-cita. Secara penggarapan pun terbilang komplit. Unsur komedi dan musikal yang berpadu menjadi satu menjadi kekuatan film ini. Apalagi film ini pun disertai adegan-adegan animasi yang pas sehingga menjadikan film ini sebagai film yang fresh.
Perut dikocok, hati diiris, perasaan campur aduk, akan sangat terasa dalam menonton film ini. Bagi yang pernah mengalami masa semacam itu, ingatan pun akan terpanggil kembali. Film ini tak sekedar mengantarkan rasa tapi bahkan mencerminkan atau merefleksikan apa yang pernah atau sedang dirasa.
Sulit mengharapkan Hollywood akan membuat film serupa karena ada perbedaan budaya yang sangat kental berbeda. Walau kita sedang melihat film Thailand, kita seolah melihat film Indonesia dengan situasi budaya dan sosial yang ditampilkan dalam film ini. Lama saya tidak menemukan jenis film seperti ini, yang dekat dengan budaya Indonesia. 
Satu hal yang terlupa, sebagai film komedi musikal, lagu-lagu yang turut ambil bagian dalam film ini pun semakin menguatkan tontonan. Tak aneh, banyak teman dengan sangat sadar menularkan “virus” film ini karena memang film ini sangat luar biasa.

3 komentar:

nih far tambahan film (dikit) dari pocil : seabiscuit, paraiso travel, nowhere boy, melancholia, never let me go sama grey gardens. ehehe.

siip...
dari film2 di atas, mana aja yang udah nonton?
Setuju gah sama catatan saya?

saya baru tau, hehe
makasih infonya

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More