Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku
[Adz-Dzaariyat (51) ayat: 56]
Mulailah dengan kesadaran bahwa kehadiran Anda di kehidupan ini PASTI untuk sesuatu yang penting.
[Mario Teguh]

Sabtu, 29 November 2008

Organisasi itu Pilihan

Pendahuluan

Beberapa organisasi telah saya geluti sejak dari Sekolah Dasar. Saat SD itu, organisasi yang diikuti yaitu Pramuka, Dokter Kecil, dan beberapa kegiatan olahraga. Menginjak SMP intensitas pun tidak berkurang, malah bertambah. Pramuka, Paskibra, dan OSIS menjadi tempat bersenggama dalam menyalurkan hasrat berserikat ini. Masa putih-abu pun tak dilewatkan tanpa organisasi. Saat itu saya terlibat aktif dalam Dewan Keluarga Mesjid, dan Majelis Permusyawaratan Kelas. 

Tak berhenti sampai di sana, saat sekarang menyandang predikat kaum intelektual, kegiatan organisasi menjadi rutinitas yang mewarnai hari-hari. Organisasi yang saat ini dijalani yaitu Cinematography Club Fikom Unpad, Lembaga Pengkajian dan Pengabdian Masyarakat Demokratis (LPPMD) Unpad, Kempo Unpad, dan Koperasi Kesejahteraan Mahasiswa Bandung (KKMB). Entah dapat “kutukan” apa, saya tak pernah lepas dari kegiatan organisasi Ada kenikmatan tersendiri dari kegiatan berorganisasi.



Masalah
Sejalan dengan itu, permasalahan-permasalahan di organisasi telah beberapa kali dialami. Dari hal yang terkecil hingga masalah besar yang bisa menyulut emosi, pernah dirasakan. Bahkan beberapa di antaranya pernah berulang di organisasi yang berbeda. Penanganannya pun berbeda tiap organisasinya.

Masalah yang cukup terasa dalam berorganisasi hingga saat ini dan meupakan masalah yang memerlukan penyelesaian cukup alot yaitu terjadinya “hukum donat”. Sebuah analogi untuk permasalahan konsistensi anggota organisasi. Maksudnya adalah seperti kue donat, bolong di tengah (saya ambil contoh donat yang standar). Organisasi itu ramai di awal dan seru di akhir tetapi kosong di tengah-tengah. 

Sebagai sebuah kegiatan yang tidak memberikan manfaat secara langsung, hal itu menjadi maklum. Apalagi organisasi yang diikuti adalah organisasi nonprofit, misalnya. Orang-orang yang menyatakan diri –pada awal masuk- sebagai anggota itu, baru menampakkan batang hidungnya pada saat organisasi akan berakhir kepengurusan (kasus teralami pada masa SMP dan SMA dulu). 

Kondisi tidak jauh berbeda terjadi di organisasi pada masa kuliah ini, malah yang kejadiannya lebih parah. Bila dulu dengan bermodal muka tebal, orang-orang yang mengaku anggota datang hanya pada awal dan akhir, kini kasusnya adalah mundur teratur dan hilang “ditelan bumi”. Sikap tidak bertanggung jawab lebih terasa pada masa kuliah ini. 

Semua bisa meninggalkan dengan seenaknya. Bahan alibinyanya adalah organisasi itu bukan paksaan dan tidak bisa memaksa. Ditambah lagi, orientasi (kepemilihan) pada masa kuliah itu lebih bercabang. Berbagai hal bisa menjadi percabangan tersebut. Urusan kuliah, masalah keluarga, lebih memilih kesenangan, kesibukan di organisasi lain dan berbagai macam benturan lainnya dapat menjadi tititk tolak untuk lepas dan melarikan diri dari organisasi. Tak aneh bila kini kegiatan kemahasiswaan itu menjadi sepi dan tumpul dan akhrnya mati.

Solusi
Permasalahan tersebut memang merupakan suatu kendala yang sulit dihindari. Seperti disebutkan diawal, beberapa organisasi itu kadang tidak memberikan manfaat secara langsung dan nyata. Terkadang pula dari diri mahasiswanya tak dimiliki niatan yang tulus dan tekad yang bulat dalam mengikuti organisasi sehingga di tengah jalan mahasiswa tersebut mundur teratur.

Solusi yang dirasa cukup efektif adalah dengan membuat ketentuan di awal saat perekrutan anggota. Aturan yang jelas dalam organsasi pun menjadi pendukung. “Paksaan” sepert itu tidaklah cukup. Perlu dijalin kedekatan emosional, selain dari belajar mencoba profesionalisme dalam bergerak di organisasi. Namun, yang terpenting dari semuanya adalah kebulatan tekad dari diri orang bersangkutan. Bila tidak serius lebih baik jangan ikut sekalian.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More