Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku
[Adz-Dzaariyat (51) ayat: 56]
Mulailah dengan kesadaran bahwa kehadiran Anda di kehidupan ini PASTI untuk sesuatu yang penting.
[Mario Teguh]

Kamis, 24 September 2009

Ramadhan dan Idul Fitri Berlalu, Apa yang Diraih? Apakah Hanya akan Biasa Saja

Tanggal 20 September menjadi hari yang dianggap istimewa oleh orang muslim. Kenapa ya?
Tak perlu ditanya lagi, pada tanggal itu ditetapkan sebagai tanggal 1 Syawal dan artinya puasa di bulan Ramadhan akhirnya usai juga. Ingin tersenyum menyikapi itu semua. Apa yang menjadikan 1 Syawal itu istimewa? Seperti biasa, apa karena sudah tidak perlu puasa atau shaum lagi di waktu-waktu berikutnya? Seperti biasa, apa karena di hari itu libur berlangsung cukup lama sehingga tradisi atau kebiasaan yang lebih besar lagi untuk mudik bisa dilakukan? Seperti biasa, apa karena pada hari itu banjir ampaw dan kita dapat bagian?

Untuk apa dipertanyakan, toh kita sudah biasa menjalani dan melalui hari itu (1 Syawal). Semua sudah biasa seperti itu. Apa kita biasa pula memikirkan apa yang diraih setelah hari yang katanya besar itu selain kebiasan-kebiasan itu? Kita dapat mengakatan atau biasa orang mengatakan, "Seiring takbir, Kita telah meraih kemenangan pada hari kemenangan." Apa yang kita menangkan selain kebiasan-kebiasan itu? Atau yang terkini, menjelang hari itu, orang yang paling dicari di negeri ini sebagai teroris yang licin, Noordin M. Top telah tewas di tembak di Solo.

Kita telah menang? Kalau begitu ayo kita bersorak. Shaum kita telah meraih berkah, begitu perasaan dalam hati dengan "sok" yakin. Lalu bila dipertanyakan alasan kita melakukan shaum, kenapa kita shaum? Argumentasi cantik dapat dirangkai. Apakah pada akhirnya semua itu dapat menutup kenyataan bahwa kita menahan lapar dan haus itu karena sudah biasa. Sudah biasanya pada bulan Ramadhan itu orang Muslim berpuasa atau shaum. Tak mengherankan bila raihan akhirnya pun apa yang sudah biasa. Berat badan kembali bertambah karena banyak makan atau dompet tebal karena banjir ampaw. Tajuk hari yang fitri atau suci cukuplah jadi kiasan.
Siapa yang tahu akan hal itu semua. Tiada yang pantas menghakimi selain 4W1 SWT semata karena pelaksanaan shaum itu merupakan ibadah yang langsung dinilai oleh 4W1. Begitu kutipan khutbah jumat atau ceramah tarawih. Bila direnungkan, memang hanya shaum yang tidak dapat diniai atau setidaknya dilihat oleh orang lain. Hanya "yang di atas" yang tahu.

Senyum kembali merekah tanda ada harapan. Apa yang kita raih pun hanya 4W1 yang tahu? Saat anak kecil diiming-imingi uang bila ia menuntaskan shaumnya, kita akan tahu bahwa si Anak akan meraih uang setelah Ramadhan dan Idul Fitri ini. Lalu apa tujuan kita sendiri dalam melaksanakan shaum ini? Karena ada iming-iming uang layaknya anak yang baru belajar shaum? Kenapa harus bingung kalau kita sudah biasa melakukannya.

Setelah semua berlalu, apa semua kembali seperti biasanya?

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More